Assalamu'alaikum ya Akhi ya Ukhti!
Sekarang DKM Al-Furqon hadir di blogspot! Di post pertama ini, kami akan membahas mengenai 10 Muwashafat Tarbiyah. Ada yang pernah mendengar mengenai 10 Muwashafat Tarbiyah ini? Atau bahkan belum pernah mendengar sama sekali? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan singkat di bawah ini!
Muwashafat berasal dari kata wa-sha-fa yang artinya watak atau ciri-ciri. Jadi, Muwashafat ini merupakan kriteria atau karakter yang harus tertanam di dalam diri setiap muslim untuk memiliki kepribadian yang syumul. Nah, apa saja yang termasuk 10 Muwashafat Tarbiyah ini? Let's check it out!
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang Selamat)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap
muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang
kuat kepada ALLAH SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang
dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan
menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH.
Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat
penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah,
Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW
yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu
sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa
dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW
yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus
dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada ALLAH SWT maupun
dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Rasulullah SAW diutus untuk
memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya
yang agung sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an.
4. Qowiyyul Jismi (Jasmani yang Kuat)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang
harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh
sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang
kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus
dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan ALLAH
dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Karena itu, kesehatan jasmani harus
mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama
daripada pengobatan.
5. Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam Berpikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim
yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Di
dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus
dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki
wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
6. Mujahadatun Linafsihi (Berjuang Melawan Hawa Nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang
harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan
pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan
ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada
pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.
7. Haritsun 'Ala Waqtihi (Pandai Menjaga Waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia.
Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan
Rasul-Nya. ALLAH SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama
waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
ALLAH
SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari
semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit
manusia yang rugi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai
mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang
efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW
adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni
waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua,
senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun Fi Syuunihi (Teratur dalam Urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim
yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum
Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus
diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga ALLAH menjadi
cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara
profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan.
Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu
pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam
penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun 'Alal Kasbi (Memiliki Kemandirian Usaha)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada
diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan
kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang
memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang
mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian
dari segi ekonomi.
Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim
boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji
dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh
karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits
dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan
kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang
baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari ALLAH SWT.
Rezeki yang telah ALLAH sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya
diperlukan skill atau keterampilan.
10. Nafi'un Lighoirihi (Bermanfaat Bagi Orang Lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap
muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun
dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan
seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini
berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan
berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam
masyarakatnya.
Nah, itulah kesepuluh Muwashafat Tarbiyah yang harus dimiliki setiap muslim. Semoga penjelasan di atas dapat bermanfaat dan semoga kita memiliki kesepuluh Muwashafat Tarbiyah tersebut.
ALLAHU AKBAR!
Sumber: